KISAH ABU HURAIRAH MENANGIS MENJELANG KEMATIANNYA

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz

أبو هريرة -رضي الله عنه- “بكى في مرضه، فقيل له: ما يبكيك؟ فقال: “أما إنه لا أبكي على دنياكم هذه، ولكن أبكي على بعد سفري، وقلة زادي، وإني أصبحت في صعود مهبط على جنة أو نار، لا أدري إلى أيهما يؤخذ بي”
[صفة الصفوة، لابن الجوزي, وجامع العلوم والحكم لابن رجب]

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu (seorang Sahabat Nabi) menangis sewaktu sakit (menjelang kematiannya). Maka ditanyakan kepada beliau, “Hal apakah yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku menangis bukan gara-gara (harta dan kemegahan) dunia kalian (yang akan kutinggalkan) ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui (ke negeri akhirat), sedangkan bekal amalku sangat sedikit, sementara bisa jadi sebentar lagi aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”._

(Lihat Shifatu Ash-Shafwah karya Ibnul Jauzi rahimahullah, dan Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam karya Ibnu Rojab rahimahullah)

PELAJARAN PENTING:

  1. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan merasakan kematian, bagaimana pun keadaannya, dan dimana pun ia berada dengan cara apapun dan pada waktu yang telah Allah tetapkan.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185).

Dan firman-Nya pula:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’: 78).

  1. Para sahabat Nabi banyak menangis karena merasa sangat takut amal-amal sholih yang mereka kerjakan tidak ada yang diterima oleh Allah, padahal mereka adalah generasi yang dibimbing dan dididik langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam serta telah mendapatkan pujian dan keridhoan dari Allah Ta’ala.

Lalu bagaimana dengan diri kita yang senantiasa merasa aman dan tenang, padahal hampir setiap saat kita terjatuh dalam kelalaian dan kemaksiatan serta sangat sedikit dan malas dalam beramal sholih?

  1. Kewajiban kita yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat (yakni hari perhitungan dan pembalasan amal), adalah senantiasa bersemangat dalam mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan kita yang sangat jauh setelah kematian menuju ke negeri akhirat yang kekal abadi.

Dan sebaik-baik bekal perjalanan ke negeri akhirat adalah Iman dan Takwa kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Aamiin

(Sukoharjo, 17 November 2020)

CERAMAH SINGKAT

DURASI: (4 menit 31 detik)

KLIK:

Tinggalkan komentar