Monthly Archives: Maret 2020

MANAKAH YANG LEBIH UTAMA BAGI MUADZDZIN SHOLAT SENDIRIAN DI MASJID ATAUKAH BERJAMAAH DI RUMAH?

Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Hafizhohullah pernah ditanya:

“Seseorang muadzdzin setelah mengumandangkan adzan di masjid, apakah ia pulang ke rumahnya dan melaksanakan sholat berjamaah (dengan keluarganya), ataukah ia melaksanakan sholat sendirian di dalam masjid?”

Beliau -Hafizhohullah- menjawab: “Hendaknya ia pulang dan melaksanakan sholat berjamaah di dalam rumahnya, karena hal itu lebih utama (baginya) daripada ia sholat sendirian di masjid.”

(Rabu, 23 Rajab 1441 H, dalam Kajian Kitab Al-Muwaththo’ karya Imam Malik).

✓ Fatwa ini berlaku di saat tersebarnya wabah/virus Corona dan setelah adanya Larangan menyelenggarakan sholat Jumat dan sholat Rowatib 5 waktu berjamaah di masjid oleh pihak Ulil Amri (Pemerintah dan Ulama).

Semoga bermanfaat.

(Pondok Pesantren Islam Al-Ittiba’ Klaten pada hari Sabtu, 28 Maret 2020)

*Halaman Facebook:*

_https://www.facebook.com/muhammad.wasitho.abu.fawaz/_

_https://www.facebook.com/ponpes.alittiba.klaten/_

RAKYAT YANG PALING TAAT DAN PALING MUDAH DIATUR OLEH PEMERINTAH

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz

Sepanjang sejarah di negeri-negeri kaum muslimin manapun, tiada siapapun yang paling taat dan paling mudah diatur oleh Pemimpin Muslim dalam setiap kebaikan yang bersifat duniawi maupun ukhrowi melainkan hanya mereka (rakyat) yang memiliki Aqidah dan Pemahaman AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH, baik ulamanya maupun orang awamnya.

Hal ini dikarenakan salah satu Prinsip Dasar Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah:

1. Meyakini kewajiban mendengar dan taat kepada pemimpin muslim dalam setiap kebaikan.

2. Dan berkeyakinan bahwa melakukan penentangan dan pemberontakan kepada pemimpin muslim baik dengan senjata maupun ucapan lisan dan tulisan yang memprovokasi rakyat merupakan perbuatan haram dan maksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta pelakunya telah berdosa dan dimurkai Allah.

✓ Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisaa: 59)

✓ Dan juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

…أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ آمَرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ…

“…Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah, dan tetaplah mendengar dan mentaati (pemimpin), walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam…“. (HR. Ahmad (IV/126,127, Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205) dan al-Hakim (I/95-96), dari Sahabat ‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu).

✓ Dan juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin kaum muslimin dalam hal yang disukai maupun hal yang tidak disukai (dibenci), kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika diperintahkan dalam hal maksiat, maka tidak boleh menerima perintah tersebut dan tidak boleh taat.” (HR. Al-Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 1839).

✓ Dan juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي.

“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (pemimpin muslim) maka ia telah taat kepadaku, dan barangsiapa yang berbuat maksiat (menentang) kepada amirku, maka ia telah berbuat maksiat kepadaku.” (HR. Al-Bukhari (no. 7137), Muslim (no. 1835 (33), dan selainnya, dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu).

✓ Imam al-Qadhi Ibnu Abil ‘Izz (wafat tahun 792 H) rahimahullah berkata: “Hukum mentaati ulil amri (Pemimpin Muslim) adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah Azza wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh Memohon Ampunan, Bertaubat dan Memperbaiki Amal Perbuatan.

✓ Maka dari itu, marilah kita bersemangat dalam mempelajari ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi As-Salafus Sholih, sehingga kita memiliki Aqidah Islam yang Lurus, Metode beragama yang Benar serta cara beribadah yang sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

#Pondok_Pesantren_Islam_Al_Ittiba_Klaten
(Selasa, 24 Maret 2020)

Halaman Facebook:

_https://www.facebook.com/muhammad.wasitho.abu.fawaz/_

_https://www.facebook.com/ponpes.alittiba.klaten/_

ULAMA TELADAN DI SAAT WABAH

Al kisah, Ada seorang pernah datang kepada Syeikh Shalih Al Fauzan untuk berjabat tangan dengan beliau, namun beliau menolaknya.
Orang tersebut lalu bertanya alasannya kenapa beliau menolaknya, maka beliau menjawab:

Pencegahan diri dari penyakit menular dan karena taat pada himbauan resmi dari pemerintah“.

Ditulis oleh Salim bin Hadi Alu Rasyid 22 Rojab 1441 H.

#Pelajaran:
1. Hendaknya mencegah dari penyakit menular.
2. Penyakit menular memang ada.
3. Kewajiban taat pada himbauan pemerintah
4. Boleh meninggalkan sunnah jabat tangan jika untuk pencegahan
5. Teladan seorang ulama di saat2 genting sangat diperlukan

TIGA AMALAN PENYELAMAT DI ZAMAN FITNAH

عن عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ : قُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ ، مَا النَّجَاةُ ؟ قَالَ : امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ.
(أخرجه أحمد 4/148(17467) و\”التِّرمِذي\”2406 قال التِّرْمِذِيُّ : هذا حديثٌ حسنٌ. الألباني الصحيحة ( 888 ).

Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu (seorang Sahabat Nabi), ia berkata: “Aku pernah bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; “Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang, dan menangislah karena dosa-dosamu.

(HR. Ahmad IV/148 No.17467, At-Tirmidzi no. 2406 dan beliau berkata, Hadits ini derajatnya Hasan, dan Syaikh Al-Albani menilainya sebagai Hadits Shahih di dalam Silsilatu Al-Ahadits Ash- Shahihah no. 888).

» Di dalam hadits shahih ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan kepada umatnya tiga wasiat agung yang sempurna dan komprehensif.

Tiga wasiat itu bila dikerjakan, maka akan menyelamatkan pelakunya dari dosa yang membinasakan, kesia-siaan, dan dari berbagai fitnah dan keburukan di dunia dan akhirat, Yaitu;

✓ 1. “Jagalah lisanmu,

(Maksudnya: Janganlah engkau berbicara kecuali yang mendatangkan kebaikan, manfaat dan pahala. Dan jauhilah segala bentuk kedustaan, seperti menyebarkan berita-berita palsu dan dusta (Hoaks), dsb.

2. Hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang

(Maksudnya: betahlah untuk tinggal di dalam rumahmu agar engkau dapat menanamkan Aqidah Tauhid dan keimanan yang benar kepada keluargamu, serta mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan akhlak yang mulia kepada mereka), dan

✓ 3. Menangislah karena dosa-dosamu.”

(Maksudnya: Perbanyaklah istighfar (memohon ampunan kepada Allah) dan bertaubat dari segala dosa dan maksiat, serta instrospeksilah dirimu atas segala kekurangan, kesalahan dan kelalaian kepada Allah).

Demikian Faedah Ilmiah yang dapat kami sampaikan. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Aamiin. (Pondok Pesantren Islam Al-Ittiba’ Klaten, 18 Maret 2020)

#Halaman_Facebook, KLIK:

https://www.facebook.com/ponpes.alittiba.klaten/

DOA AGAR BADAN TELINGA DAN MATA SELALU SEHAT

Bismillah. Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Bakrah rahimahullah, ia bekata kepada ayahnya, “Wahai Ayah, mengapa aku selalu mendengar Ayah membaca sebuah doa dan mengulang-ulangnya sampai tiga kali setiap pagi dan sore?”

اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

Allahumma ‘afini fi badani, allahumma ‘afini fi sam’i, allahumma ‘afini fi bashori la ilaha illa anta.

“Ya Allah, sehatkanlah badanku, Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku, Ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tidak ada Tuhan Yang Berhak Diibadahi selain Engkau.”

Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu menjawab:

إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدْعُو بِهِنَّ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ

“Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa dengan doa itu, maka aku suka mengikuti sunnah Beliau.”

(HR. Abu Dawud, no. 5090. Dan derajatnya dinilai “Hasan” oleh Syaikh Al-Albani rahimakumullah. Dan Syaikh Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Bazz rahimakumullah meng-Hassan-kan isnadnya di dalam Tuhfatul Akhyar: 26).

#Pelajaran_Penting_Yang_Terkandung_Dalam_Hadits:

1. Doa ini dianjurkan untuk dibaca setiap pagi dan sore sebanyak tiga kali.

2. Pentingnya mendidik anak dengan keshalihan ayah. Sebagian Ulama mengatakan bahwa keshalihan ayah akan memberikan dampak positif dan pengaruh yang baik kepada anak. Begitu juga dosa dan maksiat yang dilakukan ayah akan memberikan dampak negatif dan pengaruh yang buruk kepada anak. Maka semestinya para orangtua selalu memperbaiki dirinya dan meningkatkan kwalitas iman dan takwanya kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala.

3. Bolehnya mengeraskan bacaan doa dan dzikir dengan niat supaya didengar dan ditiru oleh anak atau murid, atau dengan tujuan mengajari orang lain yang belum menghafalnya. Andaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengeraskan suara beliau, tentu para sahabat kesulitan mengetahui apa yang beliau baca saat itu.

4. Betapa besarnya manfaat dan keutamaan membaca wirid pagi dan sore, karena wirid itu mendatangkan pahala dan keridhoan dari Allah serta menjadi benteng dan pelindung bagi setiap muslim dari segala keburukan.

5.. Pentingnya menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

6. Betapa agung manfaat dan keutamaan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam setiap perkara agama. Dan hal ini hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah.

7. Betapa besar semangat para sahabat Nabi dalam berupaya mengikuti dan mengamalkan tuntunan dan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta mengajarkannya kepada anak dan murid.

Demikian beberapa pelajaran penting dan faedah ilmiyah yang terkandung di dalam hadits ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan semoga kita diberi Allah Taufiq dan pertolongan-Nya serta kemudahan dalam mengikuti dan mengamalkan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aamiin.

KUPAS TUNTAS SEPUTAR TAKDIR YANG BAIK DAN BURUK

Info Kajian AQIDAH TAUHID Rutin Pekan Kedua

Pada hari Ahad, 8 Maret 2020

Jam 09.30 – 11.30 WIB

Di Masjid Nurul Iman

Blok M Square Lt.7 – Jakarta Selatan

(Semoga Bermanfaat)

MANISNYA BUAH IKHLAS DAN PAHITNYA BUAH RIYA

Info Kajian AKHLAK DAN MANHAJ Rutin Pekan Kedua

Pada hari Ahad, 8 Maret 2020
Ba’da Sholat Subuh – selesai

Di Masjid Nurul Hidayah

Pancoran – Jakarta Selatan

(Semoga Bermanfaat)

PERBAIKI SHOLAT KITA

Info Kajian HADITS Rutin Pekan Kedua

Pada hari Sabtu, 7 Maret 2020

Ba’da Maghrib, Jam 18.30 – 20.30 WIB

Di Masjid Nurul Amal

Jl. Aup Raya No.1A, Pasar Minggu – Jakarta Selatan

(Semoga Bermanfaat)

KENIKMATAN YANG PALING LEZAT DI DUNIA DAN AKHIRAT

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Kenikmatan yang paling besar di akhirat adalah melihat (wajah) Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana disebutkan di dalam Hadits yang Shohih, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فما أعطاهم شيئا أحب إليهم من النظر إليه

Tiada suatu nikmat yang Allah berikan kepada para penduduk Surga yang lebih mereka cintai daripada nikmat melihat (wajah)Nya.”

Dan Kenikmatan (melihat wajah Allah) tersebut merupakan buah dari mengenal Allah dan beribadah hanya kepada-Nya di dunia.

Maka Kenikmatan yang paling lezat di dunia adalah bisa mengenal Allah (dengan baik dan benar).

Sedangkan Kenikmatan yang paling lezat di akhirat adalah bisa berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala dan melihat wajah-Nya.”

(Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, Juz XIV hlm. 163).