Bismillah. Kaum muslimin yang hidup pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam senantiasa merasakan ni’mat yang sangat besar, yaitu nikmat iman dan persatuan di atas Islam yang lurus dan murni dari segala kotoran dan penyimpangan, hingga munculnya “cikal bakal” perselisihan tatkala Abdullah bin Saba (seorang yahudi asal Yaman yang berpura-pura masuk Islam) dan para pengikutnya mengumpulkan manusia untuk memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Dan sebelumnya telah muncul pula benih “Khawarij” yang diawali dengan penentangan Dzul Khuwaisirah at-Tamimi terhadap pembagian harta rampasan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seusai perang Hunain yang mana dia berkata: “Berlaku adillah wahai Muhammad, karena sesungguhnya engkau tidak berlaku adil (dalam pembagian harta rampasan perang)!”, dia juga mengatakan: “Pembagian itu tidak diinginkan untuk mengharapkan Wajah Allah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Celaka engkau ! , siapa lagi yang mampu berlaku adil jika aku tidak berbuat adil?” tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku dipercayakan oleh (Allah) Dzat yang ada di atas (langit)?.
Tatkala ‘Umar bin Khoththob Radhiyallahu ‘anhu ingin membunuhnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Biarkan dia! Karena sesungguhnya akan keluar dari keturunannya suatu kaum yang mana kalian merasa kecil/hina shalat kalian jika dibandingkan dengan shalat mereka, puasa kalian jika dibandingkan dengan puasa mereka, mereka membaca al Qur’an namun tidak melampaui kerongkongan mereka, mereka membelot dari Agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya”.
Kemudian dikobarkanlah fitnah (pemikiran Khowarij dan radikalisme) itu terhadap Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang disebabkan oleh karena tahazzub (terjadinya kelompok-kelompok) dan penentangan yang bermaksud untuk menimbulkan fitnah, perpecahan dan memukul Islam pada sasarannya. Dan api fitnah itu semakin berkobar setelah terbunuhnya sang Khalifah yang lurus Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.
Lalu pemikiran Khowarij dan radikalisme semakin besar dan meluas, timbul berbagai fitnah, dan kelompok-kelompok sesat pun bermunculan, induknya adalah kelompok Khawarij yang telah membunuh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, menghalalkan darah-darah dan harta benda kaum muslimin, menakut nakuti di jalanan mereka dan memerangi Allah dan Rasul-Nya. Maka Ali bin Abu Tholib-pun menumpas fitnah mereka dan beliau menjumpai mayat “Dzul Khuwaishirah” ada di antara mayat-mayat yang bergelimpangan itu.
Kemudian mereka menyusun taktik untuk membunuh sejumlah shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu . Fitnah mereka masih saja berkelanjutan sampai hari ini, sesekali tampak dan sesekali padam, hingga akan keluar orang yang terakhir dari golongan mereka bersama Dajjal, sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits-hadits yang shohih.
●» (Bersambung… in syaa ALLAH).
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Amiin. (Jakarta, 21 Agustus 2015)
#Grup WA & BB Majlis Hadits
WA: 082225243444 BB: 538AF185
(*) Blog Dakwah Sunnah, KLIK:
https://abufawaz.wordpress.com